DEMAK, AYOBATANG.COM -- Puskesmas Karangtengah Demak maksimalkan Rumah Gizi dengan kegiatan deteksi dini Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu-ibu hamil Desa Rejosari.
"Teknis Rumah Gizi meliputi 10 T, timbang dan tinggi badan, tensi, status gizi, pemeriksaan tinggi fundus ulteri (TFU), denyut jantung janin (DJJ), tablet fe, tes lab, tata laksana kasus dan temu wicara," terang bidan desa setempat, Siti Khamdanah saat ditemui sela-sela kegiatan Rumah Gizi, di Balai Desa Rejosari, Rabu 17 November 2021.
Menurutnya, kegiatan Rumah Gizi yang dihadiri belasan bumil itu Desa Rejosari itu untuk mendeteksi ibu hamil resiko tinggi (resti).
"Anemia, KEK, TFU lebih dari 35 sentimeter, jarak kehamilan kurang dari dua tahun, dan lain-lain," ujarnya.
Baca Juga: PREVIEW Persikabo 1973 vs PSIS Semarang: Laskar Padjajaran Berambisi Menang di Laga Pertama Seri 3
Senada dengan Siti, Promotor Puskesmas Karang Tengah Anik Yuliyanti menambahkan, bumil juga diberikan edukasi dan wawasan agar berperan aktif memberdayakan dirinya dalam memenuhi gizi.
"Kemudian memberikan edukasi dan wawasan kepada Ibu hamil resti agar berperan aktif memberdayakan dirinya sendiri dalam memenuhi asupan gizi selama masa kehamilan," katanya.
Sementara itu, materi pemberian edukasi KEK disampaikan oleh Ahli Gizi Puskesmas Karangtengah, Joko Wistoto SST yang didapuk jadi narasumber.
Joko dalam paparan materinya menerangkan, kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang lemah dan kurus akibat kurang energi kronis.
"KEK merupakan keadaan di mana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun, mengakibatkan gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur dan bumil. KEK ditandai dengan lila kurang dari 23.5 cm," jelasnya.
Disebutkan, data Riskesdas 2010 prelevansi KEK pada bumil di Indonesia sebesar 31.3 %. Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi KEK pada bumil Indonesia sebesar 38.5 %.
Faktor resiko, lanjut Joko, meliputi faktor sosial ekonomi seperti pendidikan, pendapatan, dan pola konsumsi.
"Faktor biologi meliputi, jarak kehamilan, paritas dan usia," ujarnya.
Artikel Terkait
Raperda APBD Rp 1.8 Triliun Disetujui DPRD Batang, Bupati Wihaji Bilang Begini
WADUH, Masih Banyak Situs Cagar Budaya di Batang Belum Terdata
10 Ribu Nelayan Batang Dapat Bantuan Beras Paceklik, Begini Kata Wabup Suyono
Kebakaran Galangan Kapal Kota Tegal, Nelayan Laporan ke Gubernur Ganjar
Sejumlah Pelajar di Batang Diberi Edukasi Soal Bahaya Narkoba
Soal Usulan UMK Batang 2022 Naik 0,16%, Ini Tanggapan Bupati