SINGAPURA, AYOSEMARANG.COM –- Pemerintah Singapura menemukan 10 kasus yang diduga mengalami cerebral venous thrombosis (CVT) atau pembekuan darah di otak di antara mereka yang menerima vaksin Covid-19 merk Pfizer dan Moderna.
CVT adalah jenis bekuan darah yang sangat jarang terjadi di pembuluh darah otak, namun dapat terjadi secara alami diluar akibat dari vaksinasi.
Terdapat faktor risiko dan CVT termasuk riwayat medis gangguan pembekuan darah, trauma kepala, dan penggunaan obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan obat-obatan untuk terapi penggantian hormon.
Tingkat kejadian CVT secara tahunan biasanya terjadi pada populasi umum sekitar 1,3 hingga 2 dari 100.000 orang. Data tersebut dikemukakan oleh Otoritas Ilmu Kesehatan (HSA) Singapura.
Baca Juga: Luar Biasa! Juara Umum, Kick Boxing Jateng Borong 3 Medali Emas di PON XX PAPUA 2021
Di antara kasus dugaan CVT terkait vaksin, HSA mencatat bahwa tidak ada yang berakibat fatal. Namun, mereka belum dapat menentukan apakah ada peningkatan tingkat CVT terkait dengan penggunaan vaksin berbasis mRNA itu.
Pihak berwenang saat ini sedang memantau kejadian serupa dan meninjau kasus yang dilaporkan dengan para ahli lokal. Kendati begitu, tercatat tidak ada regulator luar negeri yang mengidentifikasi CVT sebagai dampak dari vaksin berbasis mRNA.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa tingkat kejadian CTV pada orang yang menerima vaksin Pfizer dan Moderna sebanding dengan tingkat dasar CVT diantara populasinya.
Hal ini berarti bahwa kedua vaksin tersebut tidak ada kaitannya dengan pembekuan darah di otak.
Baca Juga: Tinjau Vaksinasi, Presiden Jokowi Ingatkan Pelajar Soal Disiplin Prokes saat PTM
Sementara itu, dalam studi besar lainnya di Inggris, disimpulkan bahwa risiko sebagian besar kejadian pembekuan darah secara substansial, lebih tinggi setelah terinfeksi Covid-19 dibandingkan dengan setelah vaksinasi.
Asisten Profesor Christine Cheung dari Fakultas Kedokteran Universitas Teknologi Nanyang mengatakan bahwa selain penggumpalan darah yang terjadi di otak pasca-vaksinasi, gumpalan langka juga ditemukan di area lain, seperti pembuluh darah besar di perut, serta di beberapa arteri yang membawa darah beroksigen dari jantung ke berbagai organ.
Baca Juga: Profil Tukul Arwana, Tak Sadarkan Diri hingga Pendarahan Otak
Di antara mereka yang memiliki pembekuan darah pasca-vaksinasi, sebagian besar memiliki jumlah trombosit yang rendah.
"Ini ironis, karena ini adalah sel darah yang biasanya mencegah pendarahan dengan membentuk gumpalan," kata Cheung, seperti dilansir dari The Straits Time, Kamis 23 September 2021.
Artikel Terkait
Cegah Varian Mu Masuk Indonesia, Fraksi PKS Usul Kebijakan Vaksin Booster untuk Kelompok Rentan
SERTIFIKAT VAKSIN Tidak Muncul di PeduliLindungi? Begini Solusinya
CARA DOWNLOAD Sertifikat Vaksin di Pedulilindungi, Cukup 5 Menit!
Capaian Vaksinasi di Batang Baru 23 Persen, Plt Dinas Kesehatan Sebut Distribusi Vaksin Terbatas
CARA Mengecek Sertifikat Vaksin Melalui Situs dan Aplikasi Pedulilindungi