BATANG, AYOSEMARANG.COM- Pasca audensi tokoh masyarakat Desa Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah dengan Penjabat Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, terkait penolak pembangunan Masjid Nur Said yang berlangsung di Ruang Abirawa kantor Bupati setempat.
Hingga sekarang belum ada kejelasan kelanjutan pembangunan masjid. Bahkan diduga ada dalang provokator yang memprovokasi warga desa setempat yang menyebabkan ada penolakan.
Hal itu disampaikan pemilik tanah lahan serta pendana pembangunan masjid, Machzum Baisa kepada awak media, Selasa 6 Desember 2022.
Machzum mengungkapkan pembangunan mesjid dan klinik gratis yang digagasnya itu ditolak masyarakat. Padahal, menurutnya pembangunan itu tidak merugikan siapapun.
“Bahkan menguntungkan program pemda terutama dalam penanganan masalah kesehatan masyarakat. Penolakan warga ini tidak mendasar kecuali bangun tempat prostitusi, hiburan, tempat perjudian wajar ditolak," tandasnya.
Ia memastikan Masjid Nur Said Batang yang akan dibangun di tanah seluas 6000 meter yang akan menghabiskan anggaran sekitar 15 Milair itu, bukanlah aliran sesat.
"Masjid aja belum terbangun sudah menuduh ada ajaran sesat. Tahu dari mana? apalagi pengurus didalamnya ada dari MUI, NU dan Muhammadiah," tandasnya.
Untuk menjembatani berlarutnya pembangunan mesjid, pemerintah Kabupaten Batang telah dilakukan mediasi dengan dihadiri Pj. Bupati Batang, Lurah, kapolsek, Ketua MUI Batang, Ketua MUI Pusat dan Danramil untuk meminta masukan.
Sementara itu, Hasan, selaku pengawas Pembangunan Mesjid, menyatakan dalam mediasi Pj. Bupati Batang pun menegaskan bahwa masjid yang akan dibangun clear bukan aliran sesat. Namun pihak BPD (Badan Permusyawarahan Desa) mengusulkan agar dilakukan pertemuan lagi antara warga dan pemilik tanah.
Pihak BPD beralasan hanya untuk bersilaturahim. Awalnya pertemuan tersebut diagendakan hanya akan dihadiri sejumlah warga sebagai perwakilan. Namun diluar dugaan, dalam pertemuan itu warga datang berbondong-bondong membawa spanduk penolakan.
“Saya sudah berpikir bahwa ini ada indikasi jebakan tidak sesuai dengan pembicaraan sebelumnya dalam rapat dengan Bupati hanya perwakilan saja. Sebelum dimulai acaranya, sepanjang jalan dipasang spanduk-spanduk penolakan dan warga yang hadir itu ratusan orang. Jadi seperti orang yang mau mengepung,” ujar Hasan.